Selasa, 25 Januari 2011

Batuan Ultramafic


http://sitemap.kesimpulan.com/Background.png


 

·        
Untuk memperlambat laju pemanasan global, ilmuwan di dunia melakukan berbagai eskperimen yang bisa dipakai untuk menyerap dan membuang gas karbon dioksida dari atmosfer. Proses fotosintesis oleh pepohonan tidaklah cukup. Tim peneliti geologi di Amerika Serikat merilis sebuah laporan penelitian dan peta yang mengidentifikasi batuan ultramafic di negeri. Batuan yang terbentuk dari pendinginan magma dengan kandungan silika yang sangat rendah itu dianggap ideal untuk dijadikan perangkap (sequestration) karbon didalam tanah
Batuan ultramafic memiliki mineral yang bereaksi mengikat karbon dioksida dari udara ke dalam bentuk mineral-mineral padat. Proses alamia biasanya butuh ribuan tahun. Namun, yang dilakukan tim peneliti adalah mempercepat proses yang biasa disebut mineral karbonasi itu. Mereka melarutkan karbon dioksida dalam air dan menyuntikkannya ke batuan. Panas hasil reaksi mineral kalsium atau magnesium silikat dalam batuan dengan gas karbon dioksida itu juga  coba ditangkap untuk mempercepat lagi proses mineralisasi
Jika sukses, diharapkan dapat menyempurnakan teknologi capture carbon and storage (CCS) karena simpanan karbon dalam bentuk mineral (padat) akan mengeliminasi kekhawatiran karbon bakal bocor lagi ke atmosfer. Formasi geologis yang sama di penjuru dunia bisa dikerahkan sebagai sumber pengendapan (sink) panas di atmosfer. Sam Krevor dari Earth Institute, Columbia University, mengatakan bahwa ada begitu banyak jenis material yang melimpah di bumi untuk menyimpan sebanyak mungkin emisi gas rumah kaca
Riset dan pemetaan batuan untuk menangkap CO2 di atmosfer bumi yang dilakukan Krevor tersebut sebagai bagian dari disertasi PhD. Ia dibantu mahasiswa Columbia University lainnya, Christopher Graves, dan dua peneliti di Badan Survei Geologis (USGS), yakni Bradley van Gosen dan Anne McCafferty. Mereka membuat satu peta digital sebaran batuan ultramafic. Menurut peta itu, Amerika Serikat memiliki batuan tersebut seluas 6.000 mil persegi yang sebagian besar terbentang di sepanjang pantai barat dan timur. Seluruh batu itu cukup untuk menyimpan emisi CO2 domestik sepanjang lebih dari 500 tahun berturut-turut
Klaus Lackner adalah orang yang memiliki ide pertama kali tentang pemisahan mineral karbon pada 1990-an dan menganggap survey Krevor dan timnya menuju pemetaan global batuan ultramafic sebagai sebuah lompatan besar. Teknik pemisahan karbon memang telah berkembang menjadi bidang riset yang mejanjikan. Namun, kebanyakan hanya berfokus pada penyimpanan dalam bentuknya yang cair ataupun gas di bawah permukaan bumi seperti lapisan akuifer asin, sumur minyak, dan lapisan berpori batu bara yang sudah tidak komersial
Khawatir simpanan itu bocor, para ilmuwan mencari reaksi kimia alami di dalam bumi sana yang bisa mengubah karbon ke dalam bentuk padat. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change pada 2005 menyebut ada teknik Krevor merupakan terobosan, karena belum ada yang membuat pemetaan lapisan batuan ultramafic, termasuk potensinya seperti apa. Juerg Matter, peneliti di Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, tempat serangkaian proyek serupa sedang berjalan menyebut bahwa teknik ini menawarkan sebuah cara untuk mengenyahkan emisi CO2 secara permanen
Matter dan Peter Kelemen, kini juga sedang meneliti formasi peridotite, satu di antara berbagai jenis batuan ultramafic, di Oman yang menurut mereka bisa digunakan untuk memineralisasi hingga 4 miliar ton CO2 setiap tahunnya. Jumlah itu setara dengan 12 persen output CO2 tahunan dunia. Matter juga terlibat dalam pilot project bersama Reykjavik Energy dan yang lainnya menginjeksikan air yang jenuh dengan CO2 ke dalam formasi basalt di Islandia. Selama sembilan bulan setelahnya, batuan itu diharapkan dapat mengasup 1.600 ton CO2 yang diambil langsung dari emisi pembangkit listrik geotermal di sekitar lokasi. Teknik serupa, dapat dilakukan untuk menangkap CO2 langsung dari cerobong asap pembangkit listrik atau industri lalu mengkombinasikannya dengan air dan menyalurkannya ke dalam tanah, yang dilakukan Matter dalam sebuah studi Pacific Northwest National Laboratory di Wallula, Washington.

Karakteristik Batuan Ultramafic
Batuan beku dan meta-beku ultramafic dikenal juga dengan ultrabasic. Kandungan silikanya rendah (kurang dari 45 persen) dan lebih banyak mineral mafic (mineral berwarna gelap kaya magnesium dan besi). Batuan ultramafic umumnya terbentuk di mantel bumi, dari kedalaman sekitar 12 mil (sekitar 20 kilometer) di bawah permukaan hingga setebal ratusan mil ke dalam perut bumi. Sebagian kecil dari jenis batuan ini, seperti peridotite, dunite, dan lherzholite, bisa muncul ke permukaan ketika lempeng tektonik be rbertumbukan di lempeng samudera, atau ketika bagian interior lempeng benua tipis dan merenggang
Ketika batuan terpapar dengan karbon dioksida (CO2), mineral kalsium atau magnesium silikatnya bereaksi membentuk kapur dan batuan kapur produk dari kalsium atau magnesium karbonat padat. Tapi, kalau mengandalkan prosesnya yang alami bisa butuh ribuan tahun untuk batuan menjerat sejumlah besar CO2 dari atmosfer (Koran Tempo, Tak Cukup Pohon Batu Pun Bisa, Senin 7 September 2009)







 



Laterite


ENDAPAN NIKEL LATERIT


Endapan hasil proses pelapukan lateritik batuan induk ultrabasa yang mengandung Ni kadar tinggi. Agen pelapukan berupa air hujan, suhu, kelembaban, topografi, dll.


-          Laterit; later, artinya bata (membentuk bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata berwarna merah)
      Buchanan; subsoil yang mengeras karena tersingkap atau kontak dengan atmosfer.
      Ollier, 1969; Soil di daerah tropis dengan horizon konkresi besi oksida, yang dalam keadaan normal berwarna merah.

-          Laterisasi; proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab (tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yg relative stabil, membentuk formasi lapisan regolith yang tebal dengan karakteristik yang khas, but and zeegers, 1992).
*      Pengubahan mineral utama dan pelepasan beberapa komponen kimia
*      Pencucian komponen-komponen mobile
*      Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidak larut
*      Pembentukan formasi mineral baru yang lebih stabil dalam lingk. Pengendapan

-          Profil laterit; lapisan-lapisan material yang menindih batuan induknya sebagai efek akhir dari proses laterisasi.
                                                                                                                                                                                                                                                                                               












Skema pembentukan profil laterit pada batuan ultramafik di daerah beriklim tropis.

-          Perkembangan profil laterit; dipengaruhi oleh:
  1. Iklim; curah hujan menentukan jumlah air hujan yang masuk ke tanah sehingga mempengaruhi intensitas pencucian dan pemisahan komponen-kompenen yang larut.
  2. Topografi; relief dan geometri lereng akan mempengaruhi pengaliran air, jumlah air yang masuk ke dalam tanah, dan level muka air tanah
  3. Drainase; mempengaruhi pasokan jumlah air untuk pencucian (leaching) dari seluruh area sekitarnya.
  4. Tektonik; pengangkatan tektonik akan meningkatkan erosi pada bagian atas profil, meningkatkan relief topografi dan menurunkan muka air tanah. Kestabilan tektonik mendukung pendataran topografi (planation) topografi dan memperlambat gerakan air tanah
  5. Tipe batuan induk; komposisi mineral menentukan tingkat kerentanan batuan terhadap pelapukan dan ketersediaan unsure-unsur untuk rekombinasi pembentukan mineral baru.
  6. Struktur; patahan dan kekar memungkinkan bagi peningkatan permeabilitas bedrock, sehingga meningkatkan potensi terjadinya alterasi.

Factor-faktor ini sangat terkait satu sama lain. Saat batuan terekspose ke permukaan, maka batuan secara gradual akan mengalami dekomposisi. Proses kimia dan mekanik  yang disebabkan oleh udara, air, panas akan menghancurkan batuan tersebut menjadi soil dan clay.


Evans (1993); endapan nikel residual terbentuk karena tingginya intensitas pelapukan kimia batuan yang mengandung Ni di daerah tropis. Batuan tersebut adalah peridotit, serpentinit, dan batuan lainnya. Mineral utamanya : grup olivine, grup serpentin, dan grup piroksin dengan Ni sebagai unsure aksesoris.

Serpentinisasi peridotit merubah olivine menjadi serpentin, membentuk mineral pembawa Ni berupa garnierite. Selanjutnya serpentin bereaksi dengan unsure Ni membentuk mineral gentit.

Deposit nikel laterit; berasal dari batuan beku yang kaya olivine, ygdisbt peridotit. Nikel terbentuk oleh proses leaching dari olivine atau serpentin.
Peridotit yang banyak mengandung olivine, magnesium silikat dan besi silikat (umumnya mengandung 0,3% Ni), mengalami proses pelapukan secara kimiawi dan dipengaruhi oleh air tanah yang kaya akan CO2 dari udara luar mengubah olivine, menyebabkan menurunnya kadar Al dan Ca yang terlarut oleh air hujan. Pelarutan ini menyebabkan kadar Fe, Ni, Cr, Co semakin tinggi (terjadi pengayaan).




Istilah Tambang




ISTILAH-ISTILAH TAMBANG

Buat anda yang memang berkecimpung di dunia tambang tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah-istilah seperti : Settling Pond, Bench, disposal, ROM, fleet dan lain sebagainya, terutama untuk para pengawas (Group leader,foreman,supervisor ataupun superintendent) yang memang langsung berhubungan dengan kegiatan penambangan di lapangan (apakah itu tambang batubara, emas dan lain sebagainya).

Namun tidak semua orang yang bekerja di pertambangan mengerti tentang istilah-istilah seperti diatas.., misalnya : belum tentu seorang mekanik, driver atau checker dan lain sebagainya tahu apa artinya ROM?.. betul kadang dia sering mengerjakan unit yang sedang rusak di ROM,atau seorang driver sering dumping di ROM, tapi apakah dia tahu artinya ROM?… jawabannya belum tentu… untuk itu mari kita lihat dan pelajari bersama beberapa istilah (terminology) yang sering digunakan di tambang… penasaran..?

Istilah – Istilah Tambang ( Mining Terminology )

1.      Air-dried basis : disingkat ADB atau adb, berarti analisis contoh batubara dalam keadaan kadar kelembaban yang hampir sama dengan kelembaban udara sekitarnya.
2.      AMD : Acid Mine Drainage, Pengaliran air asam tambang (Pengaturan aliran air).
3.      Backfill : Tanah atau batuan yang dipakai untuk mengurangi (mengisi) bekas galian tambang batubara atau galian sipil lainnya. Kata ini juga dipakai sebagai kata kerja, yang berarti pekerjaan pengisian bekas penggalian. Dalam tambang batubara backfill lebih sering diartikan sebagai pekerjaan mengisi galian bekas endapan batubara beserta tanah penutupnya dengan tanah kupasan. Cara ini sangat dianjurkan dari segi teknis ekonomis teknik penambangan maupun dari segi dampak lingkungan, karena jarak pengangkutan kecil dan tanh buangan tidak memerlukan tambahan lahan disekitarnya. Backfill dapat juga berasal dari tambang dalam yang diangkut keluar hasil penggalian terowongan, jalan menuju kepermukaan kerja baru (pekerjaan persiapan).


4.      Batter slope : Kemiringan individual slope (kemiringan antara crest dan toe dalam satu slope di daerah galian / timbunan).
5.      BCM : Bank Cubic Meter : volume insitu (di tempat).
6.      Bench : teras penggalian atau jenjang pada tambang batubara terbuka atau tambang lainnya ataupun pada pekerjaan pemindahan tanah. Dapat pula berarti bagian-bagian lapisan batubara yang dipisahkan oleh lapisan pengotor, misalnya lapisan serpih atau bagia-bagian dari lapisan batubara yang sudah terkupas, terbagi-bagi karena proses penambahannya.
7.      Berm : semacam tanggul atau dinding teras yang terbentuk secara alami. Lereng yang sengaja dibuat untuk penahan longsor pada tambang terbuka atau pada penggalian lainnya. Istilah berm sering pula disamakan dengan teras atau landaian yang dibuat untuk jalan angkut pada tambang terbuka. Berm dapat juga berarti lapisan tipis batubara yang ditinggalkan sementara untuk dipakai sebagai landasan kerja untuk pengupasan lapisan penutup disebelahnya.
8.      Bund Wall : Tanggul Pengaman.
9.      Coal Expose : Coal yang sudah terbuka / dibuang OB nya.
10.  Coal Inventory : Coal yang ada / masih ada dalam tambang dan siap diangkut keluar tambang (ke ROM).
11.  Contamination : Tercampurnya coal dengan material lain dari luar : OB, scorea, besi dll .
12.  Contour : Garis menghubungkan titik-titik yang sama ketinggiannya.
13.  Crest : Sisi atas / kepala slope.
14.  Cross Fall : Bentuk normal kemiringan jalan (cross section) satu atau dua arah.
15.  Culvert : Gorong-gorong untuk pengaliran air paritan, creek atau sungai kecil, biasanya terbuat dari plat baja / beton bertulang.
16.  Cut Back : Pemotongan pit dilakukan secara bertahap dengan garis potong sejajar dengan garis pit design, hal ini biasa dilakukan untuk mengimbangi stripping ratio pada proses pengerjaan tahap – tahap penambangan (Push back).
17.  Cut & Fill : Galian / potong dan timbun.
18.  Cycle time : Waktu edar untuk suatu aktivitas tertentu satu alat.



19.  Delay : Waktu hilang yang dapat dikontrol / dibatasi oleh tindakan manusia, seperti : Rest Time, Refueling, Move karena blasting.
20.  Dilution : Tercampurnya Ore (Emas) dengan material lain dari luar (waste, dll).
21.  Disposal : Tempat pembuangan / penumpukan material tak ” dipakai “ (OB, Sub Soil, Dll).
22.  Embankment : Timbunan massal (volume besar) untuk konstruksi.
23.  End Wall : Dinding atau batas akhir dari penambangan. Biasanya terdapat diujung daerah penambangan (melintang strike).
24.  Fleet : Sekumpulan Armada Produksi. Biasanya terdiri dari Excavator, Truck & alat pendukungnya : Bulldozer, Grader , dll.
25.  Floor : Lapisan bagian paling bawah dari batu bara (coal).
26.  Free face : Bidang bebas/batas antara material asli dan material yang sudah diambil (bisa coal atau OB).
27.  General work : Pekerjaan yang sifatnya umum untuk mensupport pekerjaan tambang misalnya : drainasi, sloping, cleaning, dll).
28.  Grade : Kemiringan jalan (%), misalnya 4 %.
29.  Grade : Kandungan / kadar mineral berharga dalam bijih ( Ore seperti Emas, grade dengan satuan 4 gr/ ton).
30.  Grubbing : Pengumpulan tumbuhan semak / perdu.
31.  High wall : Dinding tambang pada sisi kemiringan batu bara terdalam yang terdiri dari slope dan bench.
32.  Idle : Waktu hilang karena sebab yang tidak dapat dikontrol manusia, seperti : Hujan, Kabut, dll.
33.  Interburden : lapisan antara, yakni zona (lapisan) tanah/batuan diantara dua atau lebih lapisan batubara yang jarak tegaknya satu dengan lainnya tidak jauh. Dapat juga diartikan sebagai lapisan pengotor yang memisahkan suatu lapisan batubara dengan ketebalan yang layak ditambang. Lapisan pengotor ini biasanya terdiri dari serpih, lempung, batu pasir, batu lanau, batu lumpur, batu lempung limonit dan sejenisnya dan mungkin mengandung lapisan tipis batubara yang tidak layak ditambang (secara ekonomis).

                                          

34.  LCM : Loose Cubic Meter : Volume terurai / gembur.
35.  Log stock pilling : Area penumpukan kayu batangan / gelondongan (log).
36.  Low wall : Dinding tambang pada sisi terdangkal / singkapan ini bisa terbentuk dari floor atau bench/slope.
37.  Match Factor : Angka yang menunjukkan hasil perbandingan antara produksi alat muat dengan alat angkut yang dilayani. Match = seimbang jika nilainya 1 (satu).
38.  Mud Pond : Kolam Penampungan lumpur.
39.  NAR : singkatan dari net as-received, yaitu nilai (kalori) bersih dari conto batubara yang dianalisis dilaboratorium dan merupakan nilai kalori gross air dried (lihat GAD) disesuaikan dengan pengurangan unsur hidrogen.
40.  OB : singkatan dari Over Burden, yaitu lapisan tanah (batuan) yang menutupi lapisan batubara. sering disingkat dengan O/B.Bila Over Burden telah digali diangkat dan dibuang disebut waste (limbah).
41.  Overall slope : Kemiringan total dari beberapa slope yaitu dari crest tertinggi sampai toe yang paling terdalam.
42.  Out Crop : Singkapan batu bara / ujung atas batu bara yang terlihat langsung tanpa ada tanah (material) penutup.
43.  Rain : Waktu selama hujan berlangsung.
44.  Request Level (RL) : Ketinggian/level/elevasi yang diminta sesuai.
45.  Rip Rap : Tempat aliran air yang sengaja dibuat untuk mengalirkan air pada sisi kiri dan kanan jalan.
46.  Road drainage : Drainasi atau pengaliran air dari sisi kiri dan kanan jalan.
47.  Road maintenance : Perawatan jalan yang meliputi : grading, compacting, water spraying, bund wall, re-seating material surface, perawatan dll.
48.  Road pavement : Lapis pengerasan jalan, ini bisa terjadi dari agregate (batuan base/sub base coarse, coarse, surface), aspal atau beton.
49.  Roof : Lapisan bagian paling atas batu bara (coal).
50.  ROM ( Stock Pile ) : Run Off Mine, Raw Off Mine.


51.  Seam : lapisan batubara dengan kata lain suatu pelapisan tipis bila dibandingkan dengan tebalnya batuan di sutu wilayah geologi yang dapat terbagi menjadi 2 atau lebih lapisan dan secara terpisah atau digabung merupakan endapan batubara yang biasanya layak ditambang. Seam adakalanya juga berarti lapisan bahan galian mineral logam.
52.  Settling Pond : Kolam Pengendapan.
53.  Sight distance : Jarak pandang baik pandangan henti sampai dengan pandangan menyiap .
54.   Slippery : Wet condition, Waktu yang hilang setelah hujan sampai dengan kering dan dapat beroperasi kembali.
55.  Slope : lereng atau permukaan yang miring (membentuk sudut dengan bidang datar). Biasanya bentuk kemiringan dari bukaan (permuka) tambang terbuka. Di dalam geometri tambang terbuka lereng ini mempunyai batasan (terukur) mengikuti kaidah mekanika batuan (kemantapan lereng) dan ketentuan pemerintah.
56.  Stripping Ratio (SR) : Perbandingan jumlah volume batuan (OB, waste) yang harus dibongkar untuk mendapatkan sejumlah (ton) mineral/bahan tambang (Coal – Ore). Misalnya SR = 1 : 8.
57.  Sub Grade : Konstruksi badan jalan dari tanah yang telah memenuhi persyaratan kepadatan tertentu.
58.  Sub Soil : Tanah di bawah lapisan Top Soil tetapi diatas OB.
59.  Sump : tempat yang paling rendah (semacam kolam kecil) dalam tambang (tambang dalam atau tambang terbuka) untuk menampung air dan dari tempat itu air dipompakan keluar tambang.
60.  Super elevasi : Kemiringan badan jalan dari titik tengah (center line) sampai ke sisi terluar jalan.
61.  Toe : Sisi bawah / kaki slope.
62.  Top Soil : Tanah pucuk yang mengandung “hara” (bahan yang menyuburkan tanah.
63.  Underburden : sama dengan seat clay.
64.  Waste Dump : Nama lain disposal.
65.  Waste : Material-material yang tidak “dipakai”.
66.  Water spraying : Penyiraman jalan, biasa dilakukan untuk mengurangi debu atau menjaga kelembaban jalan tertentu.